Mempelajari
sejarah pergolakan bangsa yang pernah terjadi dan membahayakan persatuan
nasional merupakan hal sangat penting, agar kita mendapatkan pelajaran
sekaligus peringatan. Mengapa sampai timbul perpecahan, mengapa perpecahan itu
bisa berlangsung dalam waktu yang cukup lama, dan apa yang salah dengan bangsa
kita pada waktu itu? Jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu akan memberikan
pelajaran dan inspirasi bagaimana kita menghadapi berbagai potensi disintegrasi
bangsa pada masa kini dan masa yang akan datang. Semua itu tak lain harus
dilakukan demi lestarinya kita sebagai sebuah bangsa.
Termasuk
dalam kategori ini adalah pemberontakan PKI Madiun, pemberontakan DI/TII dan
peristiwa G30S/PKI. Ideologi yang diusung oleh PKI tentu saja komunisme,
sedangkan pemberontakan DI/TII berlangsung dengan membawa ideologi agama. Perlu
kalian ketahui bahwa menurut Herbert Feith, seorang akademisi Australia, aliran
politik besar yang terdapat di Indonesia pada masa setelah kemerdekaan
(terutama dapat dilihat sejak Pemilu 1955) terbagi dalam lima kelompok :
nasionalisme radikal (diwakili antara lain oleh PNI), Islam (NU dan Masyumi),
komunis (PKI), sosialisme demokrat (Partai Sosialis Indonesia/PSI), dan
tradisionalis Jawa (Partai Indonesia Raya/PIR, kelompok teosofis/kebatinan, dan
birokrat pemerintah/pamongpraja). Pada masa itu kelompokkelompok tersebut
nyatanya memang saling bersaing dengan mengusung ideologi masing-masing.
No comments:
Post a Comment