Selain Partai Nasional Indonesia (PNI), PKI merupakan partai politik pertama yang didirikan sesudah proklamasi. Meski demikian, PKI bukanlah partai baru, karena telah ada sejak jaman pergerakan nasional sebelum dibekukan oleh pemerintah Hindia Belanda akibat memberontak pada tahun 1926.
Sejak merdeka
sampai awal tahun 1948, PKI masih bersikap mendukung pemerintah, yang kebetulan
memang dikuasai oleh golongan kiri. Namun ketika golongan kiri terlempar dari
pemerintahan, PKI menjadi partai oposisi dan bergabung dengan partai serta
organisasi kiri lainnya dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang didirikan Amir
Syarifuddin pada bulan Februari 1948.
Pada awal
September 1948 pimpinan PKI dipegang Muso. Ia membawa PKI ke dalam
pemberontakan bersenjata yang dicetuskan di Madiun pada tanggal 18 September
1948 (Taufik Abdullah dan AB Lapian, 2012). Mengapa PKI memberontak? Alasan
utamanya tentu bersifat ideologis, dimana mereka memiliki cita-cita ingin
menjadikan Indonesia sebagai Negara komunis. Berbagai upaya dilakukan oleh PKI
untuk meraih kekuasaan. Di bawah pimpinan Musso, PKI berhasil menarik partai
dan organisasi kiri dalam FDR bergabung ke dalam PKI. Partai ini lalu mendorong
dilakukannya berbagai demonstrasi dan pemogokan kaum buruh dan petani. Sebagian
kekuatan-kekuatan bersenjata juga berhasil masuk dalam pengaruh mereka. Muso
juga kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang mengecam pemerintah dan membahayakan
strategi diplomasi Indonesia melawan Belanda yang ditengahi Amerika Serikat
(AS). Pernyataan Muso lebih menunjukkan keberpihakannya pada Uni Sovyet yang
komunis. Padahal saat itu AS dan Uni Sovyet tengah mengalami Perang Dingin.
Pemerintah
Indonesia telah melakukan upaya-upaya diplomasi dengan Muso, bahkan sampai
mengikutsertakan tokoh-tokoh kiri yang lain, yaitu Tan Malaka, untuk meredam
gerak ofensif PKI Muso. Namun kondisi politik sudah terlampau panas, sehingga
pada pertengahan September 1948, pertempuran antara kekuatan-kekuatan
bersenjata yang memihak PKI dengan TNI mulai meletus. PKI dan kelompok
pendukungnya kemudian memusatkan diri di Madiun. Muso pun kemudian pada tanggal
18 September 1948 memproklamirkan Republik Soviet Indonesia.
Presiden
Soekarno segera bereaksi, dan berpidato di RRI Yogjakarta :
“…Saudara-saudara
! camkan benar apa artinja itu : Negara Republik Indonesia jang kita tjintai,
hendak direbut oleh PKI Muso. Kemarin pagi PKI Muso, mengadakan coup,
mengadakan perampasan kekuasaan di Madiun dan mendirikan di sana suatu
pemerintahan Sovyet, di bawah pimpinan Muso. Perampasan ini mereka pandang
sebagai permulaan untuk merebut seluruh Pemerintahan Republik Indonesia Negara Republik
Indonesia hendak direbut oleh PKI Muso! Rakjat jang kutjinta ! Atas nama
perdjuangan untuk Indonesia Merdeka, akuberseru kepadamu : “Pada saat jang
begini genting, dimana engkau dan kita sekalian mengalami percobaan jang
sebesar-besarnja dalam menentukan nasib kita sendiri, bagimu adalah pilihan
antara dua : ikut Muso dengan PKInja jang akan membawa bangkrutnja cita-cita
Indonesia Merdeka, atau ikut Soekarno-Hatta, jang Insya Allah dengan bantuan
Tuhan akan memimpin Negara Republik Indonesia jang merdeka, tidak didjadjah
oleh negeri apa pun djuga.…Buruh jang djudjur, tani jang djudjur, pemuda jang
djudjur, rakyat jang djudjur,djanganlah memberikan bantuan kepada kaum
pengatjau itu. Djangantertarik siulan mereka ! …Dengarlah, betapa djahatnja
rentjana mereka itu!(Daud Sinyal, 1996).
Di awal
pemberontakan, pembunuhan terhadap pejabat pemerintah dan para pemimpin partai yang
anti komunis terjadi. Kaum santri juga menjadi korban. Tetapi pasukan
pemerintah yang dipelopori Divisi Siliwangi kemudian berhasil mendesak mundur
pemberontak. Puncaknya adalah ketika Muso tewas tertembak. Amir Syarifuddin
juga tertangkap. Ia akhirnya dijatuhi hukuman mati. Tokoh-tokoh muda PKI
seperti Aidit dan Lukman berhasil melarikan diri. Merekalah yang kelak di tahun
1965, berhasil menjadikan PKI kembali menjadi partai besar di Indonesia sebelum
terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965. Ribuan orang tewas dan
ditangkap pemerintah akibat pemberontakan Madiun ini. PKI gagal mengambil alih
kekuasaan Dari kisah di atas, apa hal terpenting dari peristiwa pemberontakan
PKI di Madiun ini bagi sejarah Indonesia kemudian? Pertama, upaya membentuk tentara
Indonesia yang lebih profesional menguat sejak pemberontakan tersebut. Berbagai
laskar dan kekuatan bersenjata “liar” berhasil didemobilisasi (dibubarkan).
Dari sisi perjuangan diplomasi, simpati AS sebagai penengah dalam konflik dan
perundingan antara Indonesia dengan Belanda perlahan berubah menjadi dukungan
terhadap Indonesia, meskipun hal ini tidak juga bisa dilepaskan dari strategi
global AS dalam menghadapi ancaman komunisme. Tetapi hal terpenting lain juga
perlu dicatat. Bahwasannya konflik yang terjadi berdampak pula pada banyaknya
korban yang timbul. Ketidakbersatuan bangsa Indonesia yang tampak dalam
peristiwa ini juga dimanfaatkan oleh Belanda yang mengira Indonesia lemah,
untuk kemudian melancarkan agresi militernya yang kedua pada Desember 1948.
No comments:
Post a Comment